Nama: Challenger 1 (FV4030/4)
Tipe Klasifikasi: Main Battle Tank
Kontraktor: Vickers Defense Systems, Leeds, UK
Negara Asal: United Kingdom
Produksi Total: 420
Operator: United Kingdom; Jordan
Challenger adalah sebuah hasil pengembangan dari Centurion/Chieftain, yang dimodifikasi untuk produksi Shir/Iran 2 yang pada asalnya direncanakan untuk beroperasi bagi militer Iran. Ketika Shah Iran digulingkan oleh rezim fundamentalis pada 1979 (Revolusi Iran), pesawanan awal sebanyak 1.225 Shir 2 dibatalkan. Setelah Revolusi Iran proyek Shir 2 diambil alih oleh AD Inggris dan hasil akhirnya adalah Chalenger dan kemudian diberi nama ulang menjadi Challenger 1. Perbedaan utama antara Challenger 1 dan pendahulunya Chieftain adalah mesin yang mampu menghasilkan 1,200bhp pada 2,300rpm, jauh lebih poweerful dari pada mesin Chieftain, dan Chobham Armour, yang memberikan level proteksi yang sangat tinggi terhadap persenjataan anti lapis baja.
Challenger 1 telah beroperasi untuk AD Inggris sejak 1983. Tank ini semula diproduksi Royal Ordnance Factory di Leeds, yang kemudian diambil alih oleh Vickers Defence Systems pada 1986. Challenger 1 direncanakan untuk ditarik dari operasi pada 1998 dan seharusnya selesai digantikan oleh Challenger 2 pada 2000. Challenger 1 ambil bagian dalam Operasi Desert Storm di mana militer Irak tidak mampu menhancurkan satu Challenger pun saat pertempuran ketika Challenger berhasil menghancurkan sekitar 300 tank Irak.
Challenger 1 saat ini juga dioperasikan oleh Angkatan Bersenjata Yordania, sebagai MBT mereka setelah modifikasi secara besar. Varian untuk militer Yordania diupgrade menjadi standar Challenger 2 dan sedang menjalani upgrade untuk penggunaan turret tak-berawak yang disebut Falcon Turret.
SEJARAH DAN PENGEMBANGAN
Desain tank adalah proses berkelanjutan, bahkan sebelum MBT mulai beroperasi, konsep dan karakteristik untuk suksesornya sedang dieksplorasi. Pada 1970, MBT Chieftain dioperasikan secara luas oleh AD Inggris, dan pada tahun berikutnya, AD Imperial Iran memesan 780 Chieftain. Pesanan iran diberi nama sebagai Chieftain Mark 3/3 (P) sementara sisanya adalah Mark 5 (P) – P singkatan dari Persia, model ini berbeda hanya dalam detail dari Chieftain yang dimiliki Inggris, dan semua pesanan ini dikirimkan ke Iran pada 1977. Pembelian Chieftain selanjutnya dilakukan oleh Kuwait dan Oman yang membuat Inggris mempunyai industri manufacturing tank yang kuat selama 1970an.
Perang Arab-Israel pada 1967 telah memastikan pentingnya tank pada medan pertempuran dan menunjukkan bahwa lapis baja berat dalam desain tank menjadi atribut yang sangat berharga, walau dengan berkembangnya senjata infantri hollow atau shaped charged dan ATGM dalam jumlah yang selalu meningkat. Akan tetapi, beberapa kalangan menganggap tank tidak terlalu diperlukan lagi dengan meningkatnya kekuatan penetrasi dari persenjataan hollow charge, yang kemudian terkenal dengan nama HEAT (High Explosive Anti-Tank) yang menggunakan energi kimia untuk membakar menembus lapis baja tank. Secara praktis, HEAT kontemporer mampu mempenetrasi lapis baja dengan ke dalaman beberapa kali dari diameter cone proyektil. Cone dengan diameter 84 mm (3,5 inci) mampu menembus hingga 340mm (13 inci) lapis baja. Persenjataan Soviet pada masa itu yaitu RPG-7 dengan hulu ledak 73mm (3 inci) dan misil anti-tank Stager AT-3 dengan hulu ledak 150 mm (6 inci) dan memiliki kekuatan penetrasi 600 mm (24 inci). Dengan 170 peluncur misil Stagger AT-3 dan 600 RPG dalam divisi motor rifle Soviet khusus, memberikan luar biasa bagi tank NATO dan desain konvensional yang mampu bertahan dari serangan semacam ini diperkirakan akan seberat 200 ton. Pada saat yang sama, tank Soviet kontemporer seperti T-62 dan T-64 memiliki meriam utama yang lebih besar, 115mm dan 125mm, dari pada tank Barat yang berstandari meriam L7 105mm milik Inggris, kecuali Chieftain dengan meriam 120mm-nya. Soviet juga menjadi pioner penggunaan amunisi Sabot (APFSDS=Armour Piercing Fin Stabilized Discarding Sabot). Amunisi ini sangat efektif untuk membunuh tank pada jarak jangkau tank Soviet.
Amunisi Sabot APFSDS
Menghadapi ancaman-ancaman semacam ini, desainer tank Barat menginvestigasi properti dari bentuk lapis baja berbeda dengan penekanan pada usaha untuk mengatasi serangan HEAT. Selama akhir 1950an dan awal 1960an berbagai eksperimen telah dilaksanakan menggunakan alloy baja dan lapisan keramik yang terbukti cukup menjanjikan tetapi sulit untuk diproduksi dan mahal. Di Inggris, Dr Gilbert Harvey, seorang ilmuwan di Royal Armament Research and Development Establishment (RARDE) di Chertsey, membuat penemuan menarik ketika menginvestigasi upaya untuk melindungi sel bahan bakar di dalam AFV. Dengan menggunakan struktur sarang lebah yang terdiri dari material tertentu yang bertujuan untuk menghambat sifat eksplosif dari bahan bakar, efektifitas dari HEAT terbukti berkurang.Eksperimen selanjutnya dilakukan dan sukses besar dicapai terhadap serangan HEAT. Sebuah program dilakukan tidak hanya untuk mengalahkan senjata HEAT tetapi juga efektif terhadap proyektil AP, APDS dam HESH; High Explosive Squash Head (HESH) merupakan tipe proyektil anti-lapis baja energi kimia tipe lain yang disukai oleh Inggris. Melalui proses pengujian dan percobaan, lapis baja komposit baru, yang dikenal sebagai Chobham, digunakan dalam sebuah tank aluminium eksperimental pada 1971 yang dibeinama FV4211 yang dibuat dari komponen-komponen Chieftain. Chobham berasal dari nama kota terdekat dari Military Vehicles and Engineering Establishment (MVEE) yang sebelumnya bernama RARDE, di mana lapis baja ini dikembangkan. Pembuatan FV4211 bersamaan dengan permulaain program ZM-1 milik AS, dan setelah perjanjian Anglo-American dalam pertukaran riset ditandatangani, detail lapis baja Chobham diberikan kepada AS. Percobaan di AS menunjukkan level proteksi Chobham yang luar biasa dan siap untuk digunakan dalam purwarupa XM-1 yang diproduksi oleh Chrysler dan General Motors.
XM1, purwarupa MBT pertama yang dilengkapi dengan Chobham (foto: wikipedia)
M1 Abrams selanjutnya menjadi tank pertama di dunia yang menggunakan Chobham dalam skala produksi karena pengembangan FV4211 dihentikan pada 1972. Setelah penghentian program FV4211, pemerintah Inggris dan Republik Federal Jerman melakukan kerjasama dalam mengembangkan desain tunggal yang disebut Future Main Battle Tank (FMBT) untuk menggantikan Chieftain dan Leopard 1. Konsep standarisasi NATO sangat didukung kali ini dan mereka mengharapkan keuntungan dari pembagian beban biaya pengembangan ini. Akan tetapi, setelah gagalnya program MBT 70 AS-Jerman, terbukti progam tank bersama mengalami kesulitan. Ketika diskusi bersama memunculkan pilihan yang sangat luas, perang kembali terjadi di Timur Tengah pada Oktober 1973 dan sekali lagi kerjasama ini menjadi meragukan.
Kerugian baik nyawa manusia dan mesin diderita baik oleh penyerang maupun yang bertahan, dengan kerugian Israel sebagian besar karena penggunaan luas ATGM Stagger oleh pasukan Arab dan RPG oleh pasukan infantri Arab. Tidak diragukan lagi adanya kekurangan tank Barat yang digunakan oleh Israel yaitu kemampuan untuk bertahan dari kerusakan dan tetap terus bertempur, sebuah atribut yang sekarang dikenal sebagai “survivabilitas”.
Selama perang Oktober, AD Israel kebanyakan dilengkapi dengan tank AS M-48 dan M-60 di Gurun Sinai melawan Mesir dan tank Inggris Centurion (yang telah didesain ulang untuk mengakomodasi mesin diesel Continental milik M60 yang dapat diandalkan dan lebih aman dari kebakaran) di pegunungan Golan melawan Suriah dan Irak. Semua tank ini memiliki persenjataan utama L7/M68 105mm dari Inggris. Gaya pertempuran Israel sangat berbeda, antara operasi defensif pada lingkungan jarak dekat di Golan dan operasi ofensif di ruang terbuka di gurun Sinai yang kekurangan dukungan superioritas udara.
M60 Patton (foto: www.fas.org)
Perbandingan dilakukan antara desain AS dengan Inggris, tetapi M-60 mengalami kehilangan signifikan dengan tingkat kematian awak tinggi karena dua faktor utama. Faktor pertama adalah penggunaan hydraulic turret transverse yang mengharuskan adanya saluran bertekanan tinggi di kompartemen awak. Jika lapisan ini rusak ketika tank tertembak, uap yang sangat mudah terbakar akan tersemprot ke dalam tank dan menyebabkan kebakaran hebat pada awak jika tersulut. Faktor kedua yaitu tempat penyimpanan amunisi di dalam turret bustle. Karena sebagian besar tembakan mengenai turret, amunisi kadang berhasil menembus turret dan pada akhirnya menimbulkan kebakaran hebat karena amunisi di dalam tank ikut meledak. Hal ini sudah dipelajari oleh Inggris dan Centurion menggunakan electric turret transverse walaupun artinya memiliki turret yang lebih menjadi sempit dan perputarannya lambat, dan semua amunisi mudah terbakar disimpan di dalam hull di bawah turret, yang juga diikuti oleh Chieftain.
Chieftain
Untuk alasan-alasan ini, desainer Inggris merasa “benar” dengan filosopi desain mereka. Untuk Jerman, mereka merasa kurang senang, karena Leopard I memiliki layout penyimpanan amunisi dan sistem transverse turret yang mirip dengan M-60 tetapi bahkan dengan perlindungan lapis baja yang lebih rendah. Sebuah pengganti menjadi prioritas oleh Bundeswehr dan ini mempercepat pengembangan purwarupa desain yang telah diformulasikan setelah gagalnya MBT-70; yang kemudian muncul dengan Leopard 2. Akan tetapi, study desain untuk FMBT tetap berlangsung di Inggris dan Jerman dengan banyak konsep menarik dan inovatif, baik konvensional ataupun non-konvensional diusulkan. Pada akhirnya study ini menghasilkan desain tank empat awak konvensional dengan sebuah turret, tetapi tidak ada kesepakatan dibuat antara kedua belah pihak pada skala waktu yang ditentukan. Proyek FMBT kemudian dihentikan dengan perjanjian bersama pada 1977.
Oleh karena itu, pengembangan dimulai dengan proyek tank baru yang bernama MBT-80. Program Anglo-Jerman ini berupa sebuah desain tank berturet konvensional dengan empat awak. Studi konsep diutamakan pada tiga area fundamental desain MBT, firepower, proteksi dan mobilitas. Pilihan persenjataan utama terbukti sulit, antara meriam smoothbore 120mm Jerman atau sebuah pengembangan lanjut dari meriam rifled 120mm Inggris. Pilihan jatuh pada meriam kedua karena memiliki keuntungan untuk dapat menembakkan berbagai macam jenis amunisi. Meriam ini dapat menembakkan baik amunisi dengan penstabil sirip maupun putaran, sehingga mengijinkan fleksibilitas lebih untuk mengalahkan lapis baja tipe baru.
Tank akan dibuat dengan lapis baja Chobham tetapi dengan proteksi yang ditingkatkan untuk menghadapi serangan atas dan bawah. Untuk mobilitas, kebutuhan rasio power-to-weight adalah 27 bhp/ton untuk tank seberat 55 ton yang diprediksikan dengan mesin1500hp. Pilihannya terkerucut pada dua mesin, yaitu sebuah versi 1500hp dari mesin diesel Rolls Royce CV12 TCA dan gas turbin Avco Lycoming AGT-1500 seperti yang digunakan pada XM1 Abrams. Tidak ada keputusan final ketika MBT-80 masuk ke fase definisi proyek pada September 1978 yang akan berkahir sekitar dua tahun. Sebuah keputusan mengenai powerplant dibatasi hingga pertengahan 1979 dengan pengembangan penuh dimulai pada 1981. Purwarupa pengembangan direncanakan muncuk sekitar 1983-1984 dengan batas desain pada 1983 diikuti model pengembangan definitif pada tahun berikutnya. Waktu awal pengoperasian masih direncanakan pada akhir 1980an.
Bahkan pada skala waktu ini, terlihat jelas bahwa AD Inggris tidak akan mengoperasikan MBT dengan lapis baja Chobham hingga hampir 20 tahun dari kemunculan FV4211. Akan tetapi, selama 1979 semakin terlihat bahwa MBT-80 tidak akan siap beroperasi hingga 1990an dan peningkatan biaya pengembangan semakin besar. Dengan Uni Soviet yang memproduksi tank yang semakin baik seperti T-64/72 pada kecepatan lebih dari 2000 tank per tahun, sebuah tank baru untuk Inggris menjadi jauh lebih mendesak. Oleh karena itu, pada September 1979 diputuskan untuk memperkenalkan model FV4030/3 dalam jumlah terbatas yang diadaptasikan untuk memenuhi kebutuhan AD Inggris tetapi tanpa modifikasi besar sehingga untuk kecepatan pengembangan dan produksi memakan biaya tambahan minimal.Sebagai hasilnya program MBT 80 dibatalkan tetapi program riset terus berlanjut untuk mengidentifikasi kemungkinan pengganti Chieftain.
Tank baru diberi nama Challenger dan sebuah pesanan telah dibuat untuk 243 tank, cukup untuk kebutuhan empat resimen lapis baja bersama dengan tank latih dan cadangan. Antara 1980 dan 1981, tujuh purwarupa Challenger dibuat yang kemudian melalui uji coba ekstensif di MVEE dan dengan Armoured Trials anda Development Unit (ATDU) di Bovington. Sebagai bagian dari program akselerasi pengembangan, lebih dari 100.000 km automotive running dilakukan untuk mengukur aspek reliabilitas, availabilitas, maintainabilitas dan durabilita, atau disingkat RAM-D. Ujicoba otomotif awal pada dua purwarupa (VaC1 dan V4C2) oleh ATDU dimulai pada Januari 1981 tetapi kemudian segera dihentikan karena kegagalan berulang pada gearbox TN37. Setelah modifikasi ATDU melanjutkan uji coba otomotif pada November dengan tambahan dua purwarupa (V4C5 dan V4C6) yang kemudian terkenal sebagai “The 7-Pack Trial”.
Sepanjang 1982 pengembangan berlanjut dan masalah yang berhubungan dengan desain clutch dan unit steering hidrostatik diatasi oleh dua perusaan yang terlibat, David Brown Gear Industries dan Commercial Hydraulics. Uji coba otomotif selanjutnya menunjukkan bahwa suspensi hydrogas memberikan performa lintas alam yang sangat baik dan dengan reliabilitas tinggi. Pada Oktober 1982 Exercise Challenger Trophy 2 dilaksanakan oleh ATDU di dataran Salisbury yang melibatkan empat purwarupa dalam pelatihan medan tempur selama empat-hari.
Tank-tank ini memberikan performa yang sangat baik, walaupun kecepatan nominal maksimum Challenger 56 km/jam, secara reguler kecepatannya mencapai 70 km/jam melewati dataran. Challenger diterima untuk beroperasi dengan AD Inggris oleh Staf Jenderal pada 14 Desember 1982 dengan syarat solusi harus ditemukan untuk masalah yang berhubungan dengan aspek sebagai berikut:
- Main engine generator drive
- Neodymium YAG Tank Laser Sight
- Pedoman dan peralatan uji
- Fightability
- TN 37 gearbox
- Sight nomor 79
- Skala dari suku cadang perakitan utama
Challenger 1 (Foto: fprado.com)
Resimen pertama yang menggunakan Challenger adalah The Royal Hussars yang menerima Challenger pertamanya pada 12 April 1983.
Pada Juni 1984, Kementrian Pertahanan Inggris membuat pesanan untuk tambahan sebanyak 64 Challenger 1, yang cukup untuk memperlengkapi resimen kelima di BAOR.
Royal Tank Regiment menerima tank pertama mereka pada akhir 1984 dan pada Mei 1985 Royal Hussars telah dilengkappi secara penuh dengan Challenger 1. Pesanan sebanyak 18 tank juga dibuat pada Juni 1985.
Pada Juni 1986, Royal Ordnance Weapons and Fighting Vehicle Division mengambil alih tanggung jawab untu otoritas desain dan post-desain masa deoan pada Challenger 1. Sebelumnya tanggung jawab ini dipegang oleh Royal Armament Research and Development Establishment di Chertsey.
Pada Juli 1986, diumumkan bahwa Vickers Defence Systems membeli pabrik tank Royal Ordnance di Leeds dengan nilai penjualan £11 juta dan sebuah fasilitas baru bernama Vickers Defence Systems Armstrong Works di Newcastle-upon-Tyne, akan dibangun dengan biaya £14 juta. Vickers Defence Systems Leeds factory baru beroperasi secara penuh pada akhir 1987. Pada saat yang sama, Kementrian Pertahanan Inggris kembali membuat pesanan lanjutan sebanyak 78 Challenger 1 senilai £100 juta. Sebanyak 420 Challenger 1 terakhir dijadwalkan akan dikirimkan ke AD Inggris pada September 1989, tetapi diperpanjang hingga pertengahan 1990.
Challenger 1 mengikuti Canadian Army Trophy Competition pada 1987. Challenger 1 mencetak direct hit terbanyak dari pada semua kompetitornya, tetapi sistem kontrol penembakan dan sistem penglihatannya yang buruk membuatnya menjadi penembak terlamban, dan menjadikannya terbawah di papan klasemen.
Sebuah kebutuhan MBT baru kemudian dikeluarkan. Proposal dibuat untuk spesifikasi baru termasuk sebuah pengembangan Challenger dari Vickers, M1 Abrams milik AS, Leclerc milik Perancis, dan Leopard 2 Jerman. Desain Vickers Defence Systems, yang diberi nama Challenger 2, pada akhirnya dipilih. Tank ini jauh lebih mampu dibandingkan pendahulunya, berdasar pada desain hull MVEE dasar yang sama tetapi dengan turret baru dari desain Vickers Private Venture Mk7 dan lapis baja Chobham yang lebih baik.
Challenger 2 (Foto: fprado.com)
Dengan kemunculan "Challenger 2", nama resmi "Challenger 1" diadopsi untuk membedakan keduanya. Semua model tempur Challenger kemudian dipensiunkan dari dinas AD Inggris pada 2000, ketika Challenger 2 mengambil alih garis depan, walaupun beberapa chassis digunakan untuk peran AVLB dan AVRE yang sebelumnya dilakukan oleh Chieftain.
Sebagian besat MBT yang dipensiunkan ini dijual ke Yordania, dan diberi nama lokal Al-Hussein. Yordania menjadi satu-satunya operator Challenger 1 hasil refurbishment sekitar 288 tank.
FITUR DAN DESAIN
Cutaway Challenger 1 (Gambar: New Vanguard-23: Challenger Main Battle Tank 1982-97. Osprey Publishing)
- Kabel Komunikasi D10
- Drive Sprocket
- Final Drive
- Main brake power valve
- Drum bahan bakar tambahan 45 galon
- Penyimpanan peralatan eksternal
- Clamp meriam
- Pelindung transmisi
- Radiator
- Air charge transmission oil cooler
- Turbo-charger
- Induction manifold heater
- Gun depression stop rails
- Coolant level inspection hatch
- GUE auxilliary oil level inspection hatch
- Mesin utama
- TOGS compressor unit
- TOGS barbette
- Commander stowage bin
- Commander sight
- Commander position
- GPS transporder
- Symbology processing unit
- Turret services function box
- Turret batteries hatch
- 120mm gun breech
- Radio VAC303
- 10-rounds ready rack
- NBC Control Panel
- 6-ronds ready rack
- Senapan mesin koaksial 7,62mm
- Interface box 2 (Radio)
- Crew box 2 (Radio)
- Camoufalge net stowage basket
- Peluncur granat asap
- Pemadam kebakaran
- Instrument panel
- Steering levers
- Rem tangan
- Projectiles stowage rack
- Horn (di samping headlight cluster)
- Tempat duduk pengemudi (tertutup)
- Gear selector
- Front Idler
- MRS mirror shroud
- Fume exractor
- Meriam utama
- Panel sisi lapis baja Chobham
- Fuel filler cap (2 setiap sisi)
- Transmission heat exchanger
Challenger 1 pada dasarnya adalah FV4030/3 (Shir 2) yang dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan AD Inggris. Layout Challenger 1 mirip dengan Chieftain, dengan kompartemen pengemudi di depan, turret dan kompartemen tempur di tengah, serta mesin dan transmisi di belakang.
Seperti umumnya pada kebanyakan desain MBT, chassis dari seri Challenger telah digunakan pada bentuk yang lain seperti tank latih pengemudi (dengan turret tetap), tank komando, dan Armored Repair and Recovery Vehicle. Sebagai tambahan, versi combat Mark dari Challenger terdiri dari Mk 1, Mk 2, Mk 3 and Mk 4 – masing-masing dengan modifikasi tertentu yang membedakannya dari yang lainnya.
Lay Out
Layout Challenger merupakan desain konvensional dengan hull berkonstruksi patri, dan dibagi menjadi kompartemen kemudi di depan, turret dan kompartemen tempur di tengah, serta kompartemen mesin di bagian belakang. Kendaraan tempur ini memiliki empat awak, termasuk komandan, gunner, loader dan pengemudi.
Pengemudi memiliki pelindung palka tunggal yang terbuka dan terayun ke depan secara horizontal yang memungkinkan pengemudi untuk mengendarai tank dalam posisi kepala keluar. Di belakang palka terdapat periskop wide-angle tunggal yang dapat diganti dengan persikop pasif Pilkington Optronics Badger untuk pengendaraan malam hari. Pengemudi juga dapat keluar dari tank melalui kompartemen tempur.
Pengemudi berada di tengah kompartemen kemudi dengan tuas kemudi yang saling berhubungan di setiap sisinya. Pedal rem dan akselerator berposisi normal dan footrest berada di bawah kaki kiri. Spedometer dan switchboard mesin utama berada di sisi kanan pengemudi. Berada di kanan bawah terdapat GUE (Generator Unit Engine) dan kontrol emergency gear (keduanya susah dijangkau jika ditutup), dan belakang mereka, terdapat gear selector dengan enam gigi plus gigi netral. Dua baterai hull berada di sisi kiri pengemudi dengan rak proyektil di atasnya. Dua baterai selanjutnya dan rak proyektil berada di sisi kanan pengemudi, dengan stowage pannier di atasnya untuk penyimpanan peralatan pribadi pengemudi.
Komandan tank duduk di bagian kanan turret dengan gunner berada di depan-bawah komandan dan loader di bagian kiri turret. Komandan awalnya memiliki kupola No.15 yang dimodifikasi yang diberinama kupola No. 32. Kupola ini memiliki day sight no. 37 yang dapat digantikan secara cepat dengan Rank Pullin image intensification swap sight. Komandan tank juga memiliki sembilan periskop untuk observasi all-round.
Swap sight No. 37 merupakan sebuah solusi sementara setelah pada Juli 1981 Kementrian Pertahanan Inggris memberikan kontrak pengembangan kepada Barr & Stroud (sekarang Pilkington Optronics) untuk Thermal Imaging Surveillance dan Gun Sighting Sights (yang juga dikenal sebagai TOGS - Thermal Observation and Gunnery Sight). Turretnya sudah didesain untuk menerima sistem ini ketika sudah siap digunakan. Thermal imager tunggal di dalam box berlapis baja di bagian kanan turret memberikan output terpisah untuk komandan dan gunner dalam mode observasi maupun sebagai gunsight.
Loader memiliki periskop x1 terpasang-di-atap, terpasang-berputar di depan pelindung palka dua bagian yang terbuka ke depan dan ke belakang. Gunner memiliki sebuah persikop Pilkington Optronics Tank Laser Sight No 10 Mark 1 dengan pembesaran xT dan x10 dengan field of view 8.5°. Gunner juga memiliki alat penglihatan darurat, periskop No. 87. Periskop ini tersimpan di bawah lapis baja tetapi dapat digunakan dengan cepat dan disejajarkan (disesuaikan dengan line of sight) dengan meriam. Periskop ini menyorot melalui palka berlapis baja di atap turret.
Daya Tembak
Challenger 1 dipersenjatai dengan meriam rifled L11A5 120-mm Inggris terstabilisasi penuh. Ini merupakan pengembangan signifikan dari meriam Chieftain. Meriam ini sangat akurat, hanya saja MBT ini hanya dilengkapi dengan sistem kontrol penembakan yang lamban.
Meriam L11A5 120mm (foto: wikipedia)
Meriam memiliki breech yang beroperasi secara semi-otomatis dengan fume extractor di bagian tengah laras. Meriam ini menembakkan amunisi terpisah, charge disimpan pada fully combustible bag. Proyektil dan charges diisikan pada meriam dengan tangan. Charges dinyalakan dengan “Tube Vent Electric”; 14 di antaranya berada pada magasin di cincing breech. Segabai meriam rifled, amunisi dengan jenis yang luas dapat ditembakan termasuk APDS-T (L15A4), APFSDS-T (L23A1), DS-T (L20A1), HESH (L31A7), HESH practice (L32A5), Smoke WP (L34A2) dan Canister (L35A1). Total 52 amunisi dapat dibawa untuk meriam utama.
Challenger 1 juga memiliki dua senapan mesin 7,62mm. Salah satu di antaranya termasang koaksial dengan meriam utama, dan yang lainnya terpasang di atap turret, yang dapat dioperasikan dari dalam turret (remote). Total 4.000 peluru dibawa untuk senapan mesin ini.
TOGS - Thermal Observation and Gunnery Sight merupakan salah satu inovasi utama Challenger. Sistem ini memungkinkan Challenger untuk mendeteksi, melacak dan menyerang target dengan fasilitas yang setara antara malam dan siang hari, serta benar-benar pasif tanpa membongkar posisinya sendiri. Sistem ini sangat efektif pada cuaca dan kondisi medan tempur yang tidak mendukung seperti asap dan kabut. Sistem TOGS memiliki elemen utama – Thermal Surveillance System (TSS) dan Gunnery Sighting System (GSS). TSS terdiri dari peralatan thermal imaging yang menangkap semua objek yang memancarkan panas dan membedakan dari karakteristik termal lingkungannya. Dikenal sebagai TISH (Thermal Imager Sensor Head), TISH terpasang unit sebuah servo trunnion di dalam barbette berlapis baja pada eksterior turret tank. Dengan field of view dual, TISH memberikan fasilitas survey umum dan navigasi tank dalam “wide angle” dan memungkinkan dilakukan pengenalan target dan pembidikan meriam pada sudut sempit. Radiasi thermal yang dideteksi TISH dikonversi menjadi sinyal elektronik yang cocok untuk ditampilkan setelah melewati Symbology Processing Unit – SPU (dibaca ‘spew’) yang merupakan pusat kontrol TOGS. Komputer ini mengintegrasikan data dari berbagai sumber dalam GSS dan, pada dasarnya, memanfaatkan kamera termal sebagai gunsight. Terletak masing-masing di dekat ruang gunner dan komandan, Individual Visual Display Unit menampilkan informasi identik dengan graticule, tanda bidik dan data balistik yang ditampilkan pada gambar termal untuk gunner, yang mana komandan memiliki fasilitas untuk melakukan override.
Pada April 1987, Kementerian Pertahanan Inggris mengumumkan bahwa pesanan sudah dibuat untuk batch produksi akhir dari TOGS senilai £35 juta. Pesanan ini melengkapi pembelian TOGS untuk armada Challenger 1 dan Chieftain milik AD Inggris. Setengah dari pesanan diberikan kepada Barr & Stroud, yang merupakan produsen asli sistem ini, dan setengahnya lagi Avimo. Pesanan ini merupakan yang ketiga untuk TOGS dan Barr & Stroud mensuplai 85% total kebutuhan Kementrian Pertahanan Inggris.
Challenger 1 memiliki GEC-Marconi Radar and Defence Systems, Defence Control Systems Division, Improved Fire-Control System (IFCS), yang dideskripsikan lengkap ketika Chieftain muncul dan memiliki kecepatan lacak target 30mil/detik secara melintang dan 10 mil/detik secara vertikal. Slewing rate melintang antara 0.2 hingga 480 mil/detik dan vertikal 0.2 hingga 200 mil/detik. Sistem kontrol meriamnya juga similar dengan yang dipakai Chieftain, tetapi sejumlah unit didesain ulang untuk mengganti peralatan thermionic valve dengan solid-state equivalents.
Laser rangefinder-nya merupakan sebuah unit Nd:YAG dengan jarak operasional 300 hingga 10.000m yang ditampilkan pada display gunner dan komandan dan tingkat akurasi ±10 m untuk 90 persen tembakan. Laser rangefinder ini terintegrasi dengan Computerised Sighting System (CSS). Didesain oleh Marconi Command and Control System, CSS mengintegrasi informasi dari laser rangefinder dengan pergerakan dan tingkah laku target dari sensor di dalam sistem dan secara otomatis mengkalkulasi posisi persenjataan utama yang sesuai. Meriam dan turret digerakkan ke posisi yang tepat, meriam distabilisasi pada kedua sumbu. Karena Challenger utamanya didesain untuk bertempur pada posisi yang telah dipersiapkan, CSS secara signifikan meningkatkan probabilitas first round hit terhadap target bergerak, khususnya pada jarak jauh. Sistem ini juga memungkinkan gunner untuk dapat terus menjaga target dalam observasi dekat ketika bergerak dan kemudian melakukan penyesuaian final untuk penembakan pada posisi terdiam (sebentar), ini merupakan metode penyerangan yang biasa dipakai oleh AD Inggris. Tank juga dilengkapi dengan Muzzle Refference System yang memungkinkan gunner untuk mengecek penyimpangan apapun pada kesejajaran laras meriam dengan sight dan dapat membuat penyesuaian tanpa meninggalkan posisinya di dalam tank.
Proteksi
Aspek paling revolusioner dari desain Challenger 1 adalah lapis baja Chobham yang memberikan proteksi yang jauh lebih superior dibandingkan Rolled Homogeneous Armour (RHA) monolitik manapun, yang kemudian menjadi material lapis baja standar untuk tank. Chobham dipakai oleh tank lain, yang paling terkenal adalah M1 Abrams milik AS. Skirting juga diemplementasikan di setiap sisi untuk meningkatkan proteksi awak dan struktural tank.
Desain turret memiliki sudut miring yang memberikan proteksi lebih efektif. Peluncur granat asap dipasang pada tiap sisi turret, masing-masing sisi 4 peluncur. Di bagian belakang turret, terdapat sistem kontrol lingkungan NBC.
Mobilitas
Challenger merupakan pengembangan logis dari MBT Chieftain dengan perbaikan substansial pada area proteksi dan mobilitas, yang mana mobilitas merupakan kekurangan utama dari pendahulunya. Mesin utamanya adalah mesin diesel Condor V12 TCA Perkins Engines (sebelumnya Rolls Royce) yang menghasilkan 895 kw (1200 bhp) pada 2300 rpm. Exhaust Gas Turbocharging dan charge air cooling yang dibuat oleh Garret-AiResearch, digunakan untuk memaksimalkan output tenaga dari kapasitas 26,1 liter, memberi Challenger 1 ratio tenaga-ke-berat 20 bhp/ton. Mesin terletak di bagian tengah depan kompartemen mesin dengan transmisi dibaut tepat di belakangnya. Terdapat juga power unit cadangan, yang memberikan daya untuk semua sistem ketika mesin mati.
Mesin diesel Condor V12 TCA Perkins Engines (Foto: www.army-guide.com)
Transmisinya adalah gearbox epicyclic TN37 buatan David Brown Vehicle Transmission (sebelumnya bernama David Brown Gear Industries) yang mengijinkan perpindahan gigi dilakukan ketika gearbox mentransmisi tenaga. Steer unit Commercial Hydraulics STN37 melengkapi TN37, yang memberikan output berbeda-beda secara berkelanjutan dengan transmitted power secara hidrostatik. Ini memberikan Challenger kemampuan berputar berubah-ubah tidak terbatas, termasuk perputaran netral di mana tank berputar pada pusatnya (seperti berotasi). Rem utama yang bertipe oil immersed multi-plate juga melengkapi TN37.
Sistem Transmisi TN37 (foto: www.army-guide.com)
Kebanyakan peningkatan impresif performa lintas-alam Challenger 1 terutama karena sistem suspensi hidrogas yang memberikan karakteristik lompatan progresif dengan damping yang sangat efisien dan pembelokan roda yang besar sangat meningkatkan performa tank melewati semua tipe medan. Berat total sistem suspensinya adalah 25 persen lebih ringan dibandingkan tipe bogie Horstmann dari Chieftain dan biaya perawatan sangat berkurang. Karena bebas satu sama lain, stasiun roda individual mudah diganti, sehingga mencegah kerentanan dan kompleksitas sistem berpasangan atau sistem yang menggunakan batang torsi yang susah diperbaiki jika terkena kerusakan akibat ranjau. Suspensi Challenger 1 didesain dan dikembangkan oleh MVEE bersama Air-Log Limited (awalnya Laser Engineering (Development)), dengan produksinya dilakukan oleh Vickers Defence Systems.
Challenger 1 memiliki enam road wheel besar yang mendominasi setiap roda rantainya, dengan drive sprocket di belakang, idler di depan dan dua track-return rollers di setiap sisinya. Pada bagian atas track dilindungi oleh skirt aluminium konvensional, sama seperti yang dipasang pada Chieftain. Pada masa krisis atau perang, skirts ini akan diganti dengan skirts yang menggunakan lapis baja Chobham, yang pertama kali digunakan pada Perang teluk 1990-1991. Roda rantai Challenger 1 adalah desain baru dan tidak bisa ditukar-tukar dengan milik Chieftain.
Challenger 1 dengan bilah dozer (foto: www.profimedia.com)
Challenger 1 terkenal dengan reliabilitas mekanis. Tangki bahan bakar tambahan dapat dipasang di bagian belakang hull untuk menambah jarak operasional. Bagian depan Challenger 1 dapat dipasangi dengan bilah dozer dan sistem penyapu ranjau.
VARIAN
- Challenger 1 Improvement Programme
Challenger 1 Improvement Programme (CHIP)mencakup dua area kunci, yaitu enhancement sistem otomotif dan persenjataan.
Beberapa di antaranya sudah digunakan dalam MBT Challenger 1, tetapi dengan diperkenalkannya Challenger 2, tidak ada enhancement lanjutan untuk Challenger 1 yang dilaksanakan, karena tank akan dipensiunkan di masa yang akan datang
- Challenger 1 di Timur Tengah
Challenger 1 diterjunkan ke Saudi Arabia pada akhir 1990 dan kemudian ikut serta dalam Operation Desert Storm. 7th Armoured Brigade meluncurkan dua resimen Challenger 1 dengan masing-masing 57 MBT (empat skuadron) sementara brigade keempat menerjunkan satu resimen Challenger 1 dengan 43 MBT (tiga skuadron). Challenger Armoured Repair dan Recovery Vehicles juga diterjunkan, demikian juga Challenger 1 tambahan sebagai tank pengganti.
Challenger 1 selama Perang Teluk (foto: wikipedia)
Pada awal 1991, tank-tank ini ditingkatkan pada sejumlah area kunci termasuk pemasangan Royal Ordnance Explosive Reactive Armour (ERA) pada hidung dan plat glasis, dan lapis baja pasif Vickers Defence Systems di sepanjang sisi-sisi hull.
Royal Ordnance juga meningkatkan daya tembak meriam rifled L11 120mm milik Challenger 1 dengan sistem proyektil dan charges baru. Proyektil APFSDS baru memberikan akurasi dan penetrasi yang lebih besar, dan menggunakan fitur dari sistem baru yang dikembangkan untuk meriam rifled L30A1 milik Challenger 2. Charge-nya diberi nama L14A1 dan proyektil depleted uranium (DU) diberinama XL26E1.
Selama Operation Desert Storm tidak ada satupun Challenger 1 yang dihancurkan oleh pasukan Irak, sebaliknya Challenger1 berhasil menghancurkan 300 MBT milik Irak.
- Challenger 2 MBT
- Challenger Training Tanks
Pada February 1988, AD Inggris membuat pesanan pada Vickers Defence Systems di Leeds untuk mensuplai 17 Challenger Training Tanks dengan nilai £18 juta. Challenger Training Tank (CTT) pertama selesai dibuat pada Agustus 1989 dengan produksi utama berjalan antara Mei hingga September 1990. Tank latih ini digunakan untuk memberikan pelatihan pengemudi dan perawatan realistik di Royal Armoured Corps dan Royal Electrical and Mechanical Engineer Establishments.
Challenger Training Tank (foto: http://media-cdn.tripadvisor.com)
CTT adalah tank pertama dengan tipe ini yang digunakan oleh AD Inggris dan menggantikan Challenger 1 Gun Tank yang telah digunakan untuk peran ini.
Karena berat CTT sama dengan Challenger 1, performa otomotif kedua tank tersebut identik. Selain sebagai tank latih pengemudi, tank ini juga dapat digunakan untuk pelatihan perawatan, MBT recovery atau tank dozer.
CTT pada dasarnya adalah Challenger 1 dengan turret digantikan dengan turret non-rotating yang mengakomodasi seorang instruktur dan hingga empat anak didik. Turret baru ini memberikan proteksi roll-over dan instruktur memiliki duplikat instrumentasi dan kontrol yang memungkinkannya untuk mengontrol peralatan turret, mengawasi performa pengemudi dan memasukkan automotive faults ke dalam panel instrument pengemudi. Dalam keadaan darurat, instruktor dapat juga menghentikan tank.
- Combat Dozer Blade
Pada awal 1990, AD Inggris memilih Pearson Combat Dozer Blade (UDK1) untuk dapat dioperasikan pada Challenger 1 dan setiap Challenger 1 dimodifikasi untuk dapat menerima dozer ini.
Peran khusus UDK1 termasuk menggali posisi tempur hull down, menyeberangi parit anti-tank dan halangan serupa, pembuatan galian pertahanan, menghilangkan rintangan dan membuat jalan untuk kendaraan setelahnya menembus kayu, semak dan medan sulit.
Challenger 1 dengan Combat Dozer Blade (foto: http://www.profimedia.com)
Dozer dapat dipasang dan dilepas pada Challenger 1 dalam waktu di bawah 15 menit dan dozer ini dapat saling menggantikan dengan peralatan lain seperti bajak penyapu ranjau Pearson. Unit dozer memiliki powerpack sendiri dengan hanya tenaga listrik yang diperlukan dari tank.
UDK1 juga dapat dipasang pada Chieftain Armoured Vehicle Royal Engineers yang dikembangkan oleh Vickers Defence Systems untuk AD Inggris.
- Future Engineer Tanks
- Challenger Armoured Repair and Recovery Vehicle (CR ARRV)
- Challenger 1 with Marksman Anti-Aircraft Turret
Pada Juni 1985, Marconi Electronics, Land and Naval Systems Group, turret anti-aircraft 35 mm kembar Marksman dibawa ke Leeds dan dipasang pada chassis tank Centurion yang digunakan untuk uji coba penembakan.
Challenger dengan Marksman AA Turret (foto: www.armyrecognition.com)
Turret yang sudah selesai dipindah ke hull Challenger 1 yang dapat dipasangi dengan cincin adaptor yang cocok. Hal ini menghabiskan waktu 1 jam 29 menit, setelah itu Challenger 1 Marksman dibawa dan dikemudikan di test track facility. Ketika berada di track uji, radar beroperasi dan sistem stabilisasi meriam berhasil diuji.
Pada akhir musim panas 1985, turret Marksman kedua diintegrasikan dengan Challenger 1 untuk uji Proof and Endurance. Uji coba berhasil diselesaikan dan menunjukkan bahwa Challenger 1 memberikan platform penembakan yang cocok untuk turret Marksman.
OPERATOR
MBT "Al-Hussein" (www.militaryphotos.net)
- Yordania, 392 Challenger 1, diberinama lokal sebagai al-Hussein.
- Inggris, digantikan dengan Challenger 2.
SPESIFIKASI CHALLENGER 1
Challenger 1 (3-view: www.the-blueprints.com)
Dimensi
Panjang Keseluruhan: 37.89 kaki (11.55m)
Lebar: 11.88 kaki (3.62m)
Tinggi: 10.27 kaki (3.13m)
Struktur
Awak: 4
Berat: 67.5 US Short Tons (61,200kg; 134,923lbs)
Persenjataan
1 x meriam utama rifled 120mm
1 x senapan mesin koaksial 7.62mm
1 x senapan mesin anti-pesawat 7.62mm
2 x 5 pelontar granat asap
Amunisi
64 x proyektil 120mm
4,000 x amunisi 7.62mm
Powerplant
Mesin: 1 x mesin diesel Perkins Engine Company Condor CV-12 12-cylinder dengan output 1,200bhp pada 2,300rpm.
Performa
Kecepatan Maksimum: 35mph (56 km/h)
Jarak Maksimum: 280 mil (450 km)
Systems
Proteksi NBC: Ya
Penglihatan Malam: Ya (Pasif)
CHALLENGER 1 TO CHALLENGER 2
Pada awal 1987, AD Inggris masih berniat mempertahankan armada campuran dari sekitar 1200 Chieftain dan Challenger 1 hingga pergantian abad ketika mereka akan digantikan oleh kolaborasi pengembangan MBT baru antara Inggir-Jerman pada awal 1980an. Proyek ini bernama “FMBT 2000”, yang berdasarkan prospek penggantian desain MBT yang ada pada saat itu. Prospek yang muncul secara bersamaan di kedua negara. Pengembangannya berpusat pada teknologi meriam tank baru yang menggunakan propelan padat maupun cair, dan teknologi yang lebih canggih juga diimpikan seperti rail-gun elektromagnetik. Akan tetapi ternyata meriam berpropelan cair tidak dapat digunakan pada tank pada tahun 2000.
Bahkan sebelum mulai beroperasi, keterbatasan dari sistem kontrol penembakan Challenger 1 dan kebutuhan untuk memodernisasi sistem turret telah diketahui. Oleh karena itu, rangkaian modifikasi ekstensif telah direncanakan, yang dikenal sebagai CHIP (Chieftain/Challenger Improvement Program). Pengembangan dari meriam rifled 120mm bertekanan tinggi, XL-30, dan amunisi performa tinggi termasuk penetrator DU (Depleted Uranium), juga berjalan di bawah program bernama CHARM (Chieftain/Challenger Armament). Awalnya kedua program ini diimplementasikan untuk Chieftain dan Challenger 1, walaupun disadari bahwa mempertahankan Chieftain higga 1990an memberikan resiko yang semakin besar dalam menghadapi perkembangan tank Soviet. Untuk alasan ini, Chieftain secara terpisah menjalani program uparmouring yang terkenal sebagai Stillbrew dan Chieftain dipasangi dengan TOGS untuk memberikan kemampuan tempur malam hari sesungguhnya.
Vickers Mk.7 MBT
Vickers Defence System yang telah membeli pabrik Royal Ordnance di Leeds untuk meningkatkan kemampuan produksi mereka, menawarkan diri untuk memproduksi pengganti Chieftain dengan dasar kontrak harga tetap; desain ini pada dasarnya merupakan kombinasi dari hull otomotif Challenger dengan turret Vickers Mark7 yang merupakan usaha privat untuk MBT model ekspor. Model baru ini diberinama yang membingungkan Challenger 2 Mk2.
Model tersebut berpartisipasi dalam CAT ’87 dan terlihat memiliki performa yang bahkan lebih buruk dari pada Chieftain. Bukan hanya Royal Armoured Corps (RAC) yang menunjukkan ketidakpuasan, tetapi juga munculnya keraguan tentang efisiensi operasional dan tingkat keberhasilan peralatanya. Segera setelahnya, beberapa staff senior di dalam RAC mengusulkan pembatalan model ini, tetapi ditolak dan ditunda menunggu analisis detail. Penyelidikan resmi diselenggarakan di RAC Gunnery Wing, Hohne, pada 9 Juli, yang memeriksa setiap aspek performa awak dan tank. Dalam laporannya ditemukan berbagai alasan kegagalan model selama CAT’87 termasuk kesalahan pemilihan prosedur untuk tim kompetisi; komitmen pelatihan ekstensif bagi resimen lapis baja Inggris telah dilatih secara eksklusif untuk CAT selama tujuh bulan atau lebih untuk melawan tim lain, perlengkapan yang sangat tidak memadai pada simulator latihan dan bantuan pelatihan; ukuran pasukan yang hanya terdiri dari tiga tank terbukti tidak menguntungkan secara psikologis dan penggunaan peralatan purwarupa pada kompetisi dianggap sebagai suatu kesalahan. Meskipun demikian, laporan menyimpulkan bahwa penyebab fundamental dari nilai yang mengecewakan selama CAT adalah kompleksitas, ergonomik yang buruk dan kerentanan sehingga menyebabkan kegagalan sistem turret dari Challenger dan Chieftain, ditambah dengan penggunaan amunisi tiga-bagian yang menyebabkan human error. Hal ini menempatkan awak Inggris di bawah tekanan yang jauh lebih besar dibandingkan yang lain dan pelatihan yang terlalu dipaksakan, diperburuk dengan kurangnya fasilitas simulator.
Hasil dari kompetisi ini diketahui di kalangan politik tertinggi dan memunculkan pertanyaan mengenai prosedur pengadaan Tank Inggris. Kekuatiran pemerintahan memicu berbagai demonstrasi Challenger bersama dengan Abrams dan Leopard 2 yang menunjukkan bukti tak terbantahkan bahwa terdapat kekurangan serius ketika penembakan ke target bergerak.
M1 Abrams (foto: fprado.com)
Dengan adanya prospek MBT masa depan yang menggunakan teknologi yang semakin canggih di abad ke-21, diputuskan bahwa pengganti Chieftain harus dikejar secara terpisah secepat mungkin. Oleh karena itu, naskah telah disiapkan untuk Equipment Policy Committee dari Kementrian Pertahanan Inggris yang menguraikan pilihan yang ada untuk pengganti Chieftain. Pilihannya termasuk Challenger 1, Challenger 2 Mark 2 yang diusulkan oleh Vickers Defense Systems bersama dengan Mid-Life Improvement Program untuk armada Challenger yang sudah ada, dan dua pilihan MBT asal negara lain, yaitu M1A1 Abrams dan Leopard 2.
Leopard 2
Pada November 1987, Equipment Procurement Committee mendukung Staff Requirement (Land) 4026 untuk program penggantian Chieftain. Ini dimulai dengan penilaian pendahuluan terhadap proposal yang diajukan oleh Vickers Defence System yang mengajukan Challenger 2 Mark 2, yang untuk kemudahan oleh Kementrian Pertahanan disebut sebagai Challenger 2 (sedangkan MBT sebelumnya disebut sebagai Challenger 1), dengan perbandingan M1A1 Abrams dan Leopard 2 yang sudah beroperasi dengan AD masing-masing. Baik M1A1 Abrams maupun Leopard 2 yang memenuhi kebutuhan Inggris sebagai pengganti Chieftain. Akan tetapi setelah CAT ’87, dengan ketidakpuasan besar terhadap Challenger oleh Petinggi Pemerintahan dan Royal Armoured Corps. Karena keraguan ditunjukkan untuk level perlindungan lapis baja Leopard 2, sebuah faksi kuat di dalam tubuh AD Inggris mengumumkan ketertarikan untuk pembelian M1A1 Abrams yang dilihat sebagai deain matang dan terjamin. Sedangkan faksi yang lain, beranggapan sebagai negara yang menemukan tank, konsep untuk tidak memakai tank sendiri sama sekali tidak terpikirakan.
Uji coba perbandingan ekstensif dari empat kandidat untuk program penggantian Chieftain; Challenger 2, M1A2 Abrams, Leopard 2 (improved) dan Leclerc. Keempatnya terbukti sangat mampu dengan masing-masing unggul dalam salah satu aspek atau yang lainnya, sementara keputusan akhit akan dibuat oleh Equipment Procurement Committee pada Desember 1990.
Leclerc
Sekali lagi, kejadian di dunia mempersulit rencana pengadaan tank Inggris. Hancurnya Pakta Warsawa menghasilkan “Option for Change” yang mengharuskan adanya “peace dividend” sehingga secara dramatis mengurangi jumlah MBT yang akan dibeli. Pada awalnya, tujuannya adalah untuk mengganti Chieftain pada one-for-one basis dan interoperabilitas dengan anggota NATO lain, dengan pembelian lebih dari 500 MBT, dengan standarisasi meriam smoothbore 120mm. Pada angka ini, skala ekonomi lebih menyukai Abrams, pada pihak lain, produksi bersama Leopard 2 akan mengijinkan penjualan asing Inggris kepada negara-negara yang menolak penjualan langsung dari RFG (Republik Federal Jerman). Akan tetapi, musuh tradisional Iran, Irak, menjadi fokus perhatian dunia setelah keberhasilannya menginvasi Kuwait dan pengerahan 1st Armoured Division milik Inggris ke wilayah Teluk menunda keputusan pengadaan tank hingga penilaian performa Challenger dan Abrams dapat dilakukan selama Perang Teluk.
Dalam Perang Teluk, Challengger mendapat dukungan penuh dari Vickers Defense System (VDS) dan kontraktor utama lainnya seperti Barr and Stroud, David Brown, Perkins, Marconi, Commercial Hydraulics dll, memberikan keahlian dan dukungan yang memungkinkan rate availabilitas di atas 90 persen selama perang. Hal ini membuktikan sekali lagi, bahwa industri Inggris dapat memberikan dukungan operasional yang sangat baik. Selama masa perang, pembatasan financial dihapuskan oleh Treasury.
Sesuai dengan kalimat “the only tank battle to be fought on British soil”, Vickers Defence System pada akhirnya mendapatkan sebuah kontrak pada tengah malam 28 Juni 1991 untuk produksi 127 Challenger 2 dan 13 tank latih pengemudi. Jumlah ini merupakan jumlah minimum tank yang dibutuhkan untuk mempertahankan lini produksi agar terus bertahan hidup dengan kecepatan 35 tank per tahun. Dengan total nilah sekitar £500 juta ($758juta), kontrak ini termasuk sebuah Logistic Support Package terintergrasi dimana VDS bertanggung jawab untuk semua aspek dalam peluncuran Challenger 2 menuju dinas dengan dua resimen lapis baja pertama (Royal Scots Dragoon Guards dan 2RTR).
Pada saat yang sama, sekitar £275 juta ($415 juta) dianggarkan untuk Mid-Life Improvement Program bagi Challenger 1 yang juga akan dilaksanakan oleh VDS. Berbagai langkah telah diusulkan, dari penggantian meriam utama menjadi meriam tekanan tinggi L30 hingga mengganti turret secara keseluruhan menjadi seperti milik Challenger 2. Akan tetapi, dengan adanya pemotongan anggaran pertahanan yang dikenal sebagai “Front Line First”, Kementrian Pertahanan membatalkan rencana untuk meng-upgrade armada Challenger 1, tetapi malah memesan 259 Challenger 2 tambahan kepada VDS. Lebih lanjut, Royal Armoured Corps dikurangi dari 12 resimen tank menjadi delapan, dengan dua di Inggris dan enam di Jerman. Padagilirannya, setiap resimen tank dikurangi menjadi 38 MBT dari sebelumnya 50, dengan dua resimen di headquarter dan masing-masing tiga skuadron dengan empat pasukan dari tiga tank. Komposisi baru dari organisasi Type 38 didesain mempertahankan keberadaan resimen kavaleri AD yang terkenal dari pada pertimbangan taktis.
Challenger 2
Hingga pergantian abad, AD Inggris dijadwalkan untuk memiliki 386 Challenger 2 dengan 304 berada di dinas garis depan dan sisanya digunakan untuk pelatikan dan cadangan perang. Armada Challenger 1 akan “dibuang” (dijual), walaupun sejumlah hull akan dipertahankan atau dikonversi menjadi combat engineering vehicles dengan kemampuan mobilitas yang setara dengan Challenger 2 sebagai pendukung.
Sumber:
Website:
www.globalsecurity.org
en.wikipedia.org
www.military-today.com
www.army-guide.com
Buku:
Dunstan, Simon. 1998. New Vanguard-23: Challenger Main Battle Tank 1982-97. Osprey Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar