AE-18G
Sampai 20 Januari 2007 pihak Boeing telah menyerahkan 300 unit sesuai dengan program pembelian multiyear pertama (MYP-1). MYP-2 merupakan paket pembelian 210 unit F/A-18E/F untuk penyerahan tahun 2007-2010, termasuk awal produksi EA-18G. Maka pada akhir tahun 2006 pihak US Navy mengharapkan sengan produksi tahun 2012-2014 dengan akhir 70 unit, akan dimiliki total 552 unit F/A-18E/F termasuk 90 unit EA-18G (tidak termasuk 20 unit pesanan tahun fiscal 2008).
AE-18G
Pada F/A-18E/F juga terdapat perubahan bentuk air intake, dari bentuk oval menjadi bentuk angular.Sampai 20 Januari 2007 pihak Boeing telah menyerahkan 300 unit sesuai dengan program pembelian multiyear pertama (MYP-1). MYP-2 merupakan paket pembelian 210 unit F/A-18E/F untuk penyerahan tahun 2007-2010, termasuk awal produksi EA-18G. Maka pada akhir tahun 2006 pihak US Navy mengharapkan sengan produksi tahun 2012-2014 dengan akhir 70 unit, akan dimiliki total 552 unit F/A-18E/F termasuk 90 unit EA-18G (tidak termasuk 20 unit pesanan tahun fiscal 2008).
Pada F/A-18E/F juga terdapat perubahan bentuk air intake, dari bentuk oval menjadi bentuk angular.
APG-79 AESA
Pada produksi Block I, fuselage bagian depan hanya merupakan subassembly dari F/A-18C/D. Exernal shape dari Block 2 EFF (enhanced forward fuselage) tidak diganti, tetapi bagian dalamnya sama sekali berbeda. Pada Block 2 EFF nose-cone dapat menampung radar baru yaitu APG-79 EASA (active electronically scanned array) dari Raytheon. Serta beberapa penggantian peralatan avionic (aviation electronic). APG-79 merupakan pengganti dari APG-73, memiliki kemampuan kombinasi GMTI (ground moving target indication) dan SAR (Synthetic Aperture Radar).
Dengan pergantian APF-73 dengan APG-79, maka peluncuran rudal seperti AIM-120 AMRAAM (Advanced Medium Range Air-to-Air Missile) akan dapat dilekukan dengan lebih sempurna. APG-79 AESA beroperasi pada I-band (8 sampai 12 GHz) pulse-doppler.
AN/APG-73
Pada pesawat versi bertempat duduk ganda (tandem), radar ini dapat digunakan sekaligus baik oleh pilot maupun oleh WSO (weapon system operator). WSO dapat menggunakan radar pada mode air-toground, sementara pilot menggunakan mode monitor air situation.
Radar ini memiliki mode electronic protection (EP), electronic attack (EA) dan electronic support (ES).
FLIR pod
Perangkan sensor baru lainnya adalah pod pencari target ATFLIR (Advanced Targeting Forward-Looking Infrared) AN/ASQ-228 dari raytheon. ATFLIR merupakan multi sensor, electro-optical targeting pod dengan infra-merah, low-light kamera TV, laser rangfinder/target designator, dan laser spot tracker. Digunakan untuk pembantu navigasi dan targeting pesawat militer dalam berbagai kondisi cuaca dan penggunaan precision-guided weapon seperti LGB (laser guided bomb). AN/ASQ-228 merupakan pengganti AN/AAS-38 Nite Hawk.
Pod AN/ASQ-228 berukuran panjang 183 cm, berat 191 kg, dengan slant range 48 km, dan dapat beroperasi sampai batas ketinggian 15.240 meter (50.000 kaki) dari permukaan bumi.
Informasi sensor dapat dilihat oleh awak pesawat melalui layar saji konvensional yang ada di cockpit dan VSI (Vision System International) yang terdapat pada sistem helmet joint helmet mounted cueing system (JHMCS).
Faktor lain dari penampilan F/A-18E/F Super Hornet Block 2 adalah versi F dengan dua awak, memiliki kemampuan tempur yang unik. Kedua awak dilengkapi dengan JHMCS, dan pada cockpit belakang dilengkapi dengan layar saji berukuran 250x200mm.
Dengan perlengkapan baru Super Hornet akan dapat melakukan misi secara lebih efektif dan akurat dalam menghadapi lawan
Sebelumnya diposting pada 12 Juni 2008 di www.bluefame.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar