Kamis, 08 Desember 2011

IJN Zuikaku Aircraft Carrier



IJN Zuikaku (gambar: www.schroeder1250.de)


Nama: IJN Zuikaku 
Tipe Klasifikasi: Aircraft Carrier 
Kelas Kapal: Kelas Shokaku 
Negara Asal: Kekaisaran Jepang 
Jumlah Kapal Sekelas: 2 
Operator: Kekaisaran Jepang 
Kapal Sekelas: IJN Shokaku; IJN Zuikaku 


Kapal induk armada Zuikaku (Bangau Keberuntungan) dan sister ship-nya, Shokaku merupakan dua kapal induk modern kuat yang dibuat pada 1930an. Keduanya laid down setelah World War 1 Naval Treaties berakhir yang membuat Jepang tidak memiliki larangan untuk membangun desain kapal besar bersenjata berat. Dek-nya berlapis baja setebal 5,1 inci yang kemudian diperkuat untuk mendukung bertambahnya berat, membuat kapal induk ini dapat melakukan operasi dengan pesawat tempur yang lebih berat. Kapal induk kelas ini juga didesain untuk membawa lebih banyak bahan bakar, sehingga memperpanjang jarak operasional melewati Samudera Pasifik.

IJN Zuikaku mempunyai panjang 844.81 kaki (257.5m) dengan beam 91.86 kaki (28m) dan draught 29.19 kaki (8.9m). Bobot mati kapal induk ini adalah 25,675 ton dengan muatan standar, dan menjadi 32,105 ton dengan muatan berat. Kecepatan maksimumnya diperkirakan 34.2 knots berkat mesin Turbin Uap Bergigi yang ditenagai dari delapan pendidih Kanpon, menghasilkan 165,000 shaft horsepower untuk menggerakkan 4 x shaft-nya, yang masing-masing memiliki baling-baling lima bilah. Sebelum membutuhkan pengisian bahan bakar, Zuikaku dapat berlayar hingga 9,700 mil laut pada kecepatan 18 knot.

Awak operasional standar kapal induk ini berjumlah 1660 opsir dan pelaut. Islandnya berada di sisi kanan dek penerbangan dan relatif agak ke depan dan kecil jika dibandingkan dengan kapal induk sejamannya. Untuk pertahanan pesawat dan kapal, dia dibuat dengan meriam berpasangan 5 inci kaliber 40 serta 36 senapan anti-pesawat 25mm. Persenjataan ini memberikan jaringan perlindungan kapal induk yang biasanya relatif rentan tanpa perlindungan dari armadanya. Untuk mengantisipasi ranjau laut kecil, dia memiliki sabuk lapis baja setebal 1,8 hingga 6,5 inci, akan tetapi lapis baja ini tidak terlaly efektif menghadapi serangan torpedo. Fungi utamanya adalah untuk membawa pesawat ke pertempuran, terdiri dari dive bomber 27 x Aichi D3A "Val", torpedo bomber 27 x Nakajima B5N2 Model 12 "Kate" dan fighter 18 x Mitsubishi A6M "Zero". Kapal ini mempunyai ruang untuk 72 pesawat dengan tempat penyimpanan cadangan untuk 12 pesawat tambahan, sehingga total pesawat ini dapat mengangkut 84 pesawat. Dari berbagai aspek, Zuikaku dapat memberikan serangan pesawat yang mematikan bagi siapapun musuhnya.

Pada 1941, Zuikaku diawaki oleh awak terlatih, pilot laut berpengalaman dan personel yang mampu melakukan perawatan, serta pesawat termpur terbaik di dunia pada masanya. Kapal ini siap untuk ditugaskan dan juga telah terpilih, bersama dengan tiga kapal induk lain untuk bergabing dengan IJN Carrier Division 5 sebagai bagian dari Kido Butai (Mobile Force) yang bermarkas di Hittokapu Bay, Jepang. Grup ini menunggu perintah untuk menyerang fasilitas dan armada AL AS yang terletak di Pearl Harbor, Hawaii. Tujuan utamanya adalah untuk menghancurkan armada kapal induk AS yang akan memberikan keuntungan besar bagi ekspansi Jepang di seluruh Pasifik. Untuk operasi Hawaii, IJN menugaskan awak tambahan dan menempatkan 12 suku cadang tak terakit untuk setiap tipe pesawat. Akhirnya perintah turun dan grup ini mulai berlayar menuju Pearl pada 26 November1941. US Navy telah menyadari pergerakan kapal Jepang berdasarkan laporan dari kapal selam mereka. Akan tetapi, kontak kapal selam dengan grup kapal induk Jepang ini hilang dan grup ini melanjutkan perjalanannya melalui rute rahasia yang dipercaya relatif aman dari musuh. Rute ini terbukti berhasil dan kapal induk dari Kido Butai meluncurkan serangan mereka ke Pearl harbor pada 7 Desember 1941.

Zuikaku meluncurkan gelombang serangan pertamanya yang terdiri dari 25 dive bomber, dan menyerang pangkalan miliyer AS di Wheeler Field pada Pulau Oahu. Lima Zero menunjukkan keganasannya dengan menyerang pangkalan udara di Kaneohe. Gelombang serangan kedua terdiri dari 27 torpedo bomber Kate. Pesawat ini dipersenjatai dengan bom dan bukan torpedo, dan menyerang pangkalan udara AL AS di Hickam Field. Tambahan 17 dive bomber menyerang battleship USS Maryland dan USS California yang sedang bersandar pada "Battleship Row" di Pearl Harbor. Maryland mengalami kerusakan tetapi tetap dapat diselamatkan, sementara, California tenggelam karena serangan tersebut. Setelah gelombang kedua kembali ke dek Zuikaku, disadari bahwa tidak ada kapal induk yang diperkirakan sedang berada di Pearl Harbor. Karena takut akan adanya serangan balasan yang dapat mengakibatkan hancurnya IJN Mobile Force ini, mereka diperintahkan untuk mundur dan kembali ke perairan Jepang sebelum serangan selanjutnya dapat dilaksanakan. Namun demikian, AS secara resmi mengumumkan perang dengan Kekaisaran Jepang, yang oleh Jepang dibalas dengan pengumuman serupa, dengan maksud untuk mendorong Jerman dan Italia untuk bergabung ke pihak Jepang.

Dengan pengumuman perang resmi dari AS pada Januari 1942, Zuikaku dan sister shipnya dikirimkan ke Pasifik Selatan untuk membantu penyerangan pangkalan Australia di Rabaul dan Lae di New Guinea. Kapak ini kemudian kembali ke Jepang untuk refitting dan pada April 1942 mereka membentuk air wing kritikal untuk dikirim ke Samudera Hindia dalam rangka menghadapi AL Inggris. Langkah pertamanya adalah untuk menyerang pangkalan AL Inggris di Colombo dan Trincomalee di Ceylon. Kapal permukaan IJN membombardir pangkalan dengan tembakan meriam, sementara pesawat dari kapal induk membom kapal yang terjebak di pelabuhan dan di lautan sekitarnya. Kapal induk milik British Royal Navy HMS Hermes dan heavy cruiser HMS Cornwall dan HMS Dorsetshire ditenggelamkan bersama dengan kapal pendukung lainnya. Tenggelamnya kapal induk, dua kapal besar dan yang lainnya oleh pesawat dari Zuikaku dan sister ship-nya melampaui total berat kapal yang ternggelam selama penyerangan Pearl Harbor.

Pada Mei 1942, IJN mengembangkan "Operation Mo" invasi ke Port Moresby, New Guinea. Kepemilikan pelabuhan akan memastikan titik embarkasi untuk pasukan Jepang dalam mendukung invasi ke pulau utama Australia di masa yang akan datang. Zuikaku ditugaskan lagi bersama sister ship-nya, untuk mendukung pendaratan dari kemungkinan interfensi pihak Sekutu. AL AS berhasil memecahkan kode dan meluncurkan apal induk USS Yorktown dan USS Lexington untuk mengantisipasi invasi Jepang. Pertempuran selanjutnya ini, pada 8 Mei 1942 diberi nama "Battle of the Coral Sea".

Zuikaku lolos dari deteksi visual pesawat survey AL AS dengan bersembunyi dibawah hujan badai yang melintasinya, tetapi sister ship-nya terdeteksi dan dihantam tiga bom, menghancurkan elevator dek penerbangan dan merusakkan dek penerbangan sehingga Shokaku tidak dapat lagi meluncurkan ataupun mendaratkan pesawatnya. Pesawat dari kedua kapal induk dan torpedo dari destroyer kawal menenggelamkan kapal induk USS Lexington. Zuikaku tidak rusak, tetapi kehilangan satu pesawat fighter, delapan dive-bomber, dan 14 pesawat torpedo termasuk kehilangan 14 pilot dan awak. Kemudian Zuikaku diperintahkan untuk kembali ke Jepang dengan sister ship-nya untuk pengisian suplay dan pelatihan aircrew. Kehilangan air cover kapal induk menumpulkan penyerangan Port Moresby dan kerusakan kapal induk serta kehilangan awak terlatih membuat kecua kapal induk ini tidak dapat ambil bagian dalam Battle of Midway pada Juni 1942 – yang menjadi kemenangan Sekutu di Pasifik.

Pada Agustus 1942 AL AS yang sedang melakukan penyerangan di Kepulauan Solomon. Zuikaku dan Shokaku yang sudah diperbaiki, didukung oleh kapal induk kecil carrier Zuihonow, ditugaskan ke Carrier Division One dan diperintahkan untuk berlayar menghancurkan armada AS. Pada 24 Agustus 1942, Battle of the Eastern Solomons dimulai dan airwing milik Zuikaku merusakkan kapal induk USS Enterprise, yang kemudian pesawat dari kapal induk AS membalas dan merusak Zuikaku. Setelah pertempuran –yang dianggap sebagai kemenangan Sekutu- Zuikaku di kirim ke Truk untuk memonitor aktivitas kelautan Sekutu di area tersebut.

Pada Oktober 1942, "Bangau Keberuntungan" terlibat dalam Battle of the Santa Cruz Islands dan lagi, bertemu dan bertempur dengan USS Enterprise. Kapal induk ini membantu melumpuhkan kapal induk USS Hornet, mamaksa awak meninggalkan kapal untuk menunggu kapal USN. Hornet berhasil ditenggelamkan oleh destroyer Jepang. Akan tetapi, pesawat AL AS menemukan dan menyerang kapal induk Shokaku dan Zuiho hingga merusakkan keduanya. Zuikaku ditinggal untuk mendaratkan sebanyak mungkin pesawat yang selamat dari kapal induk yang rusak. Zuikaku kemudian diperintahkan untukkembali ke Jepang untuk refit dan memperoleh aircrew baru. Ketika selesai, Zuikaku ditugaskan untuk menyerang AS di Aleutian Islands tetapi operasi dibatalkan pada 1943.


IJN Zuikaku (tengah) diapit dua Destroyer-nya (foto: www.history.navy.mil)

Pada 19 Juni 1944, Battle of the Philippine Sea berlangsung, dan pasukan Jepang kalah jumlah baik dalam jumlah kapal induk maupun pesawatnya. Akan tetapi karena terdesak, Admiral Toyoda memberikan “lampu hijau” untuk pelaksanaan “Operasi A-Go". Kapal selam AS membuntuti armada IJN dan menenggelamkan kapal Taiho dan Shokaku dengan kebanyakan awaknya hilang bersama kaal induknya. Zuikaku terhantam bom pada hari berikutnya, tetapi selamat dan mundur untuk kemananannya dengan kekuatannya sendiri.

Zuikaku diperbaiki dan kembali bertugas pada Oktober 1944, dan sekarang berperang sebagai flagship Nothern Force milik Admiral Jisaburo Ozawa untuk operasi selanjutnya yang disebut "Operation Sho-Go 1" ("Second Battle of the Philippine Sea" (juga dikenal dengan " Battle for Leyte Gulf")). Konflik ini kemudian berkembang menjadi pertempuran laut terbesar pada PD II sehingga jauh dari rencana Jepang untuk memancing Admiral Halsey's 3rd Fleet AL AS keluar dari perlindungannya di sisi utara pantai Leyte sehingga sebuah Angkatan Utara IJN, yang didukung dengan battleship Yamato, dan angkatan laut selatan harus memusatkan perhatiannya untuk menghancurkan musuh yang bergerak ke pantai. Umpannya adalah armada kapal induk yang dipimpin oleh kontingen utara Admiral Ozawa yang terdiri dari Zuikaku (flag ship) dan kapal induk Zuiho, Chitose, dan Chiyoda. Sebagai tambahan, mereka didukung oleh dua battleship era PD I yang semi-dikonversi (memiliki dek penerbangan kecil) - Hyuga dan Ise – dan dua cruiser kecil , Oyodo, Isuzu and Tama – yang kemudian didukung juga oleh sembilan destroyer. Rencananya –yang dianggap sebagai misi bunuh diri- adalah atas dasar keputusasaan Pemerintah Jepang dengan kepahaman IJN bahwa jika Filipina jatuh kembali ke tangan AS, maka Jepang akan kalah dari peperangan. Hanya 108 pesawat dengan awak latih yang ditugaskan sebagai umpan untuk armada Ketiga Hasley.

Halsey terpancing umpan dan meninggalkan sisi utara tanpa perlindungan ketika mengejar "Hollow Fleet" milik Ozawa. Halsey melihat kesempatan untuk menghancurkan armada kapal induk IJN terakhir, kemungkinan untuk kebanggaan probadi atau mungkin untuk kemenangan taktis. Ketika kapal milik Halsey mendekati pasukan milik Ozawa pada 24 Oktober 1944, AS meluncurkan 77 dive bomber, 54 pesawat torpedo dan 85 fighter ke armada IJN pada 16:30. Ozawa hanya memiliki sedikit pesawat dan kebanyakan di antaranya tertembak jatuh pada pertempuran berikutnya. Serangan udara AS berlanjut seanjang hari dengan Task Force 38 telah meluncurkan lebih dari total 527 serangan, yang membuat tenggelam kapal induk Chitose dan Zuiho, demikian destroyer Akizuki yang membuat kekalahan besar Jepang.

Pada 13.00, pesawat AS sekarang menemukan Zuikaku mengepung di atasnya dengan lebih dari 50 pesawat tempur dan menyerangnya dengan 9 hantaman bom langsungg dan 7 serangan torpedo. Pada 13:58, kerusakannya terbukti terlalu buruk dan perintah resmi diberikan kepada awak untuk meninggalkan kapal. Awaknya berbaris di dek dan diumumkan bahwa kapten kapal akan tetap di kapal untuk ikut tenggelam bersama kapal yang diikuti sorakan Banzai dari awak sebelum akhirnya menuju ke sekoci. Zuikaku secara perlahan terguling dan tenggelam ke laut dalam dengan bagaian belakang di bawah pada 14:14, bersama Kapten Takeo, 48 opsir dan 794 awak. Sekitar 47 opsir dan 815 awak diselamatkan oleh destroyer Wakatsuki dan Kuwa milik IJN.

Untuk AS, tenggelamnya Zuikaku telah tuntaslah pembalasan atas serangan Pearl Harbor. IJN Zuikaku adalah kapal induk terakhir yang tersusa dari serangan Pearl Harbor pada 7 Desember 1941 yang belum tenggelam hingga saat itu. Dengan kekalahan besar terus menerus IJN dan IJA, serta bom nuklir Hiroshima dan Nagasaki akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat pada 2 September 1945, yang menandakan berakhirnya PD II.


Skema IJN Zuikaku (gambar: www.globalsecurity.org)


Spesifikasi IJN Zuikaku 


Dimensi:
Panjang: 844.9 kaki (257.53m)
Beam: 85.3 kaki (26.00m)
Draught: 29.1 kaki (8.87m)

Performa:
Kecepatan Permukaan: 34.5kts (40mph)
Jarak: 11,184mil (17,999km)

Persenjataan:
16 x meriam anti-pesawat 5-inch (127mm)
36 x kanon anti-pesawat 25mm

Struktur:
Awak: 1,660
Bobot Mati: 29,800ton

Mesin:
Engine: Turbin bergigi Kanpon; 8 x pendidih yang menyalurkan 160,000 horsepower ke 4 x shafts.

Air Arm:
Antara 72 hingga 84 pesawat termasuk Mitsubishi A6M, Aichi D3A dan Nakajim B5N.

Sumber: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar