Anda pasti memperhatikan di laga-laga Piala Dunia 2018 ini beberapa kali wasit harus menghentikan laga dan kemudian melihat sebuah monitor di sisi lapangan. Itulah monitor teknologi VAR yang membantu wasit dalam membuat keputusan. Berbeda dengan GLT yang terhubung langsung dengan monitor di jam tangan wasit.
Tim VAR punya akses ke 33 kamera siaran, 8 di antaranya adalah kamera super slow-motion dan 4 kamera ultra slow-motion. Kedua jenis kamera ini hanya tersedia bagi tim VAR. Untuk fase knockout, dua kamera ultra slow-motion tambahan akan dipasang di tiap belakang gawang. Replay gerakan lambat terutama digunakan untuk situasi faktual, misalnya, untuk mengidentifikasi titik kontak pelanggaran fisik atau posisi pelanggaran. Kecepatan normal digunakan untuk penilaian subyektif, misalnya, intensitas pelanggaran atau untuk menentukan apakah bola tangan itu disengaja.
Tim VAR ini memberikan para wasit masukan dalam kondisi khusus sebagai berikut:
1. Memutuskan gol atau tidak.
2. Memutuskan penalti atau tidak.
3. Memberi tahu wasit apakah ada pelanggaran yang seharusnya diberi kartu merah langsung.
4. Wasit salah menentukan identitas pemain.
Ada 3 tahap prosedur ketika wasit harus mengambil sebuah keputusan yang melibatkan VAR.
1. Terjadi momen yang melibatkan '4 kondisi khusus' seperti di atas.
2. Petugas VAR kemudian menganalisa siaran ulang momen yang dimaksud, lalu wasit di lapangan akan menerima informasi soal keperluan melihat VAR dari headset yang dipakainya.
3. Wasit akan memutuskan tindakan apa yang akan diambil. Artinya, VAR hanya memberi rekomendasi ke wasit, dan keputusan wasit masih di atas segalanya. Kalau wasit memang ragu, barulah wasit akan melihat monitor di tepi lapangan untuk melihat siaran ulangnya.
VAR pertama kali terlibat dalam pengambilan keputusan di Piala Dunia 2018 pada pertandingan Grup C: Australia vs Perancis. Wasit akhirnya memberikan penalti kepada Prancis setelah berkonsultasi dengan sistem VAR.
Sebagai catatan, sejauh ini VAR telah menjalankan tugasnya “memberikan” empat hadiah penalti dari 17 pertandingan, dan satu kemungkinan insiden kartu merah yang diperiksa.
Walau teknologi ini masih belum sempurna dan menimbulkan kontroversi, tapi bagi saya teknologi ini mendekatkan Sepakbola ke semboyan FIFA "Fair Play". Gol aneh macam "Gol Tangan Maradona" seharusnya tidak akan disahkan dengan adanya teknologi ini.
Note: dikutip dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar